Friday, 15 June 2012

Menunggu Yang Belum Pasti Bagian 2


Semarang, Selasa 12 Juni 2012 

Jam 2 pagi hari tadi aku masih terbangun karena Chila mengamuk minta diajakin bercanda dari jam 10 tdi malam. Ya Allah, ada apa sama anak ini? Kenapa dia engga mau diem yah? Dinenenin sudah, diempengin sudah, digendong-gendong sudah, tapi tetep aja engga mau diem. Dinenenin dari mulai gaya gendong kanan kiri, tidur disampingnya, ampe tengkurep-tengkurep, tapi tetep aja dia engga mau diem. Akhirnya abhi tercinta tersadar dan bangun gara-gara aku marah-marah engga jelas dan berteriak ‘bisa stress nih aku ngantuk banget tapi Chila belum mau bobo (berhubung saya tidak tidur siang sebelumnya jadi mata terasa berat banget). Akhirnya si Chila di empengin sama Abhi dan dia langsung terdiam anteng.
Jiiiiiiah... tau getoh langsung aja dari tadi kaleee.. udah tengkleng nih tangan begaya macem-macem buat ngelonin si dede. Tapi Alhamdulillah yah si abhi tuh sesuatu banget deh, kenapa engga dari tadi aja sih..

Betewe, pagi-pagi buta sekitar jam 6 pagi aku terbangun karena si Chila merengek minta nenen.. terus aku sambil leyeh-leyeh dan ngantuk-ngantuk nenenin si dede aku buka deh itu hape nyari info terbaru dari Alice tentang tempat tinggal yang lagi kita cari. Yup, taraaa... ada message dari dia (kita berkomunikasi via massage facebook). She told me that she called Maryvone (Director of International Student Relationship) and talked about the problem that mas Gara faced. Before we had already communicate with Madame Maryvone about registration of the room located near campus, but then Madame Maryvone gave us alternative to find place outside the campus for the 3 of us, because the campus will not allowing student to bring the family to stay along. 

So we have the plan, and the point is that Mas Gara will be going alone on his first arrival to Poitiers and he’ll be coming back after one semester to fetch me and chila to then come with him. We hope this solution will be the best for all of us. Dan semoga saja Madame Maryvone masih bersedia untuk membantu Mas Gara untuk medapatkan Letter Approval of Accommodation yang dibutuhkan untuk syarat aju visa. Ya Allah mudahkanlah segalanya, amiin.

Satu hal yang sebenernya terpendam didalam hatiku terdalam, apakah kami bisa menjalani ini? Berjauhan selama 1 semester itu bukan hal yang mudah, apalagi aku ini masuk kategori ibu baru yang kadang-kadang masih sering labil dengan pikiran, perasaan, juga keputusan yang aku buat. Apakah kami bisa melewati semua ini?. Ini benar-benar akan menjadi cobaan yang sangat berat, karena Perancis itu bukan di Asia atopun di pulau jawa. Ke Perancis itu biayanya mahal, prosesnya ribet, dan bahkan bahasa susah. Kalo kaya dulu aku kuliah di Singapore sih gampang, si mas sering bolak balik untuk ngunjungin aku. Itu aja kita banyak berantemnya gara-gara kangen yang ga jelas. Gimana ini yah, untuk sampe ke Perancis aja butuh belasan jam dan harus ngalamin culture shock pula. 

Ya Allah, cobaan apa ini? Mudahkanlah kami untuk melewati semua ini. Dan kalau memang ini adalah jalan yang terbaik maka berikanlah kami kekuatan, ikhlaskanlah hati kami, jaga kami selalu dalam cahaya imanMu untuk saling setia, amin.

Dan rencananya untuk melewati masa-masa sepi jauh dari suami aku berencana untuk melanjutkan kursus bahasa perancis yang sempat terputus karena saat itu aku sedang hamil tua (sekitar 35 minggu) dan tubuhku sudah tidak bisa menopang beratnya perut (karena waktu itu kami mengejar waktu belajar jadi setiap satu pertemuan itu minimal 1,5 jam dimana biasanya satu hari bisa sampe 4 pertemuan sama dengan 6 jam, jadi pantat, pinggul, perut, juga kaki engga bisa tahan lama-lama duduk sampe 6 jam satu hari). Sebenarnya semangat untuk belajar itu masih ada banget, tapi saat terkahir kami periksa ke dokter kandungan dokter bilang kalo bayi kami beratnya masih kurang walopun sudah masuk kategori normal. Dan dokter menyarankan aku untuk tidak banyak duduk atopun beraktifitas dan harus banyak-banyak tidur miring ke kiri. Considering that matter, jadi ya mau engga mau saya istirahat dulu. Dan satu hal lagi, saat itu ekonomi kami juga sedang susah sekali karena suami tidak bekerja full time dimana gaji yang dia dapat cuma gaji pokok, jadi saya juga berfikir lumayan untuk berhemat.

Meski sampai saat ini ekonomi kami belum stabil (berkaitan dengan suami yang hanya dapat gaji pokok karena melanjutkan pendidikannya), tapi Insya Allah ini adalah salah satu jalan kami menuju sukses. Amiiin...

No comments:

Post a Comment